NAVIGASI

Selasa, 05 Agustus 2014

Selama Kekayaan Alam Dirampok Asing Indonesia Akan Terus Miskin

Ladang Minyak dan Gas Indonesia Dikuasai Asing
Ladang Minyak dan Gas Indonesia Dikuasai Asing
Kenapa Pesawat dan Helikopter TNI Indonesia sering jatuh sehingga lebih dari 150 orang tewas di tahun 2008-2009?
Kenapa 120 juta rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan (versi Bank Dunia)?
Kenapa meski SD-SMP gratis tapi SMU dan Perguruan Tinggi Negeri justru mahal dan tidak terjangkau bagi rakyat miskin?
Kenapa pelayanan kesehatan umum di Indonesia sangat mahal dan tidak terjangkau?
Kenapa korupsi merajalela di Indonesia?
Kenapa rel kereta api dan kabel telpon dicuri?
Kenapa penculikan anak sering terjadi, begitu pula perampokan yang tak jarang menimbulkan korban jiwa?
Kenapa Hutang Luar Negeri Indonesia terus meningkat dari Rp 1.200 trilyun di tahun 2004 jadi Rp 1.600 trilyun di tahun 2009?
Kenapa Indonesia selalu bergantung pada Investor Asing dan jika tak ada Investor Asing datang maka pembangunan tidak berjalan?
Jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah karena Indonesia tidak punya cukup uang. Kenapa tidak punya cukup uang? Karena kekayaan alam Indonesia dikuras asing dan perekonomiannya dikuasai asing. Contohnya untuk tambang emas dan perak di Papua, Freeport dapat 99% sementara 230 juta rakyat Indonesia harus puas dgn 1% saja. Bagaimana Indonesia tidak miskin?
Akibatnya, mayoritas rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Sebagian dari mereka terpaksa mencuri, menculik, merampok dan sebagainya untuk mendapatkan uang. Seorang anggota Kapak Merah yang didor polisi berkata, “Biarlah saya ditembak mati. Habis saya cuma lulus SD. Cari kerja susah. Jadi merampok guna mendapatkan uang”
Pemerintah tidak bisa membeli pesawat dan helikopter baru untuk menggantikan pesawat dan helikopter lama yang umurnya sudah 30 tahun lebih. Pemerintah hanya bisa memberi bantuan Rp 100 ribu/bulan untuk kurang dari 40 juta rakyat Indonesia. Itu pun BLT tidak bisa berjalan rutin setiap bulan. Pemerintah tidak bisa membiayai penuh pendidikan dan kesehatan sehingga mayoritas rakyat Indonesia meski tergolong miskin versi Bank Dunia harus membayar mahal untuk pendidikan dan kesehatan.
Dengan mahalnya biaya pendidikan di SMU dan Perguruan Tinggi Negeri, maka jika zaman ORBA mayoritas rakyat lulusan SMA, maka dalam 5-10 tahun mendatang jika kebijakan Ekonomi tidak berubah rata-rata pendidikan hanya lulus SMP saja.
Karena pemerintah tidak punya cukup uang, maka terpaksa harus berhutang dan menggantungkan pada datangnya Investor Asing. Jika tidak, pembangunan tidak akan jalan. Menurut penganut paham Ekonomi Neoliberalisme tanpa hutang tidak mungkin ada pembangunan. Padahal kalau hutang sudah membukit dan si peminjam sampai mendikte bangsa Indonesia untuk menyerahkan kekayaan alam dan menjual BUMN yang dimiliki serta menaikkan berbagai harga yang menyengsarakan rakyat, itu sudah tidak sehat lagi.
Hutang Indonesia yang sudah mencapai 68% dari GNP jelas sudah sangat besar dibanding Singapura yang hanya 14%, Arab Saudi 11%, Iran 8%, atau bahkan Malta yang 0%! Jangan “Besar Pasak daripada Tiang!” begitu kata-kata yang bijak dari nenek moyang kita.
Korupsi merajalela di negara kita karena gaji pejabat dan pegawai negeri di Indonesia sangat kecil. Menurut seorang staf Bappenas, GAJI POKOK pejabat tertinggi hanya Rp 3 juta. Padahal di AS, gaji pengantar Pizza saja yang menurut ukuran sana miskin, mencapai Rp 14 juta. Itu pun belum termasuk Tips!
Gaji Presiden Indonesia kurang dari Rp 70 juta/bulan. Kekayaan Presiden SBY “hanya” RP 8,5 milyar! Padahal gaji CEO Chevron (satu perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia) mencapai US$ 7,8 juta/tahun atau Rp 7,1 milyar/bulan. Artinya dalam 30 tahun masa kerja, CEO perusahaan migas asing ini pendapatannya mencapai  Rp 2,5 trilyun! Itu baru satu orang. Kalau Direksi ada 5 orang dan komisaris ada 5 orang, semuanya bisa mendapat Rp 12 trilyun. Darimana uang untuk menggaji mereka sebesar itu? Di antaranya ya dari minyak dan gas Indonesia!
Coba anda bayangkan, jika Dirut perusahaan migas asing total gajinya mencapai Rp 2,5 trilyun, sementara Dirut BUMN Pertamina hanya Rp 100 juta/bulan atau Rp 36 milyar, mana yang lebih banyak mengambil uang dari kekayaan alam Indonesia? Tentu Dirut perusahaan asing bukan? Bahkan seandainya Dirut BUMN itu korupsi Rp 1 trilyun pun tetap saja lebih banyak uang yang diambil Dirut perusahaan asing dari bumi Indonesia dengan gaji raksasanya yang “legal.”
Silahkan lihat Daftar Perusahaan Terkaya versi Forbes 500:
1. Exxon Mobil, pendapatan $390.3 billion/tahun, gaji CEO, Rex W. Tillerson, $4.12M/tahun
3. Shell, pendapatan $355.8 billion/tahun, gaji CEO, Jeroen van der Veer, €7,509,244
4. British Petroleum, pendapatan $292 billion/tahun, gaji CEO, Tony Hayward, $4.73M
6. Total S.A., pendapatan $217.6
7. Chevron Corp., pendapatan 214.1 billion/tahun, gaji CEO, David J. O’Reilly, $7.82M
8. Saudi Aramco (BUMN Saudi), pendapatan $197.9 billion/tahun
10. ConocoPhillips, pendapatan $187.4 billion/tahun, gaji CEO, James Mulva, $6.88M
Total dari perusahaan itu saja (10 perusahaan teratas versi Forbes 500) yang juga beroperasi di Indonesia mengelola kekayaan alam kita, itu US$ 1.655 milyar atau sekitar 17 ribu trilyun/tahun. Di antaranya berasal dari kekayaan alam Indonesia. Jumlah itu 17 kali lipat dari APBN Indonesia tahun 2009 yang hanya mencapai Rp 1.037 Trilyun.
Dari data di atas, cukup aneh jika Indonesia yang katanya untuk Migas dapat 85% (kalau Pertambangan lain Indonesia memang cuma dapat 15%) dan asing cuma 15% ternyata dapat tidak lebih dari Rp 350 trilyun/tahun dari Migas sementara 6 perusahaan migas tersebut yang “cuma” dapat 15% bisa mendapat Rp 17.000 Trilyun! Atau 5.600% lebih! Menurut nalar saya itu tidak masuk di akal.
Itu belum dari berbagai perusahaan lain seperti Freeport, Newmont, BHP, dsb yang menguasai emas, perak, tembaga, nikel, dsb di Indonesia. Bisa jadi total penerimaan mereka sekitar Rp 30 Ribu Trilyun/tahun.
Ada yang menyebut bahwa selain yang 15% itu, pihak asing juga mengklaim “Cost Recovery” untuk eksplorasi migas dan juga operasional sehingga besarnya bisa mencapai 30-40%. Selain itu besar migas yang diproduksi juga tidak jelas. Amien Rais berkata, “Jika dari perusahaan migas langsung gasnya disalurkan melalui pipa ke Singapura, bagaimana kita tahu berapa gas yang sebenarnya diproduksi?”
Perbedaan signifikan besarnya angka pendapatan yang diperoleh 6 perusahaan Migas dengan minimnya pendapatan yang diperoleh bangsa Indonesia harusnya menjadi satu indikasi yang harus diinvestigasi.
Freeport yang sekedar “Tukang Cangkul” di Papua mendapat royalti emas dan perak sebesar 99%, sementara lebih dari 230 juta rakyat Indonesia yang merupakan pemilik tambang emas dan perak cuma diberi 1%. Menkeu Agus Martowardojo juga menyatakan bahwa ada ilegal ekspor tambang. Penambang asing cuma mengaku mengekspor 5 juta ton hasil tambang. Sementara data impor tambang tersebut di luar negeri dari Indonesia mencapai 20 juta ton:
Jadi jika ternyata yang diakui asing jumlahnya cuma 1/4, dan dari 1/4 itu Indonesia hanya diberi 1%, Indonesia itu cuma dapat 0,25% dari hasil tambang emas, perak, dsb. Inilah sebabnya kenapa negeri Indonesia yang kaya dengan hasil alamnya, ternyata mayoritas rakyatnya hidup miskin dan melarat.
Arab Saudi cukup cerdas menasionalisasi perusahaan Aramco tahun 1974. Tahun 1970-an, Arab Saudi masih termasuk negara miskin. Kekayaan alam mereka berupa minyak tidak dapat mensejahterakan mereka karena dikuasai perusahaan AS, Aramco. Namun sejak raja Faisal menasionalisasi Aramco, maka seluruh hasil minyak dapat dinikmati oleh rakyat Saudi Arabia. Jumlah uang yang masuk untuk pembangunan pun berlimpah sehingga listrik di sana gratis, sementara bensin cuma Rp 1700/liter. Ini jauh lebih murah ketimbang Indonesia yang Rp 4.500/liter saja sudah ribut soal kurangnya subsidi karena 90% migas kita dikuasai perusahaan migas asing.
Foto di atas adalah foto Masjidil Haram saat Arab Saudi masih dilanda kemiskinan meski saat itu mereka sudah memproduksi minyak lewat perusahaan AS, Aramco. Foto di bawah adalah foto Masjidil Haram saat Arab Saudi kaya setelah menasionalisasi Aramco:
Chavez presiden Venezuela juga menasionalisasi perusahaan migas di sana sehingga Venezuela yang merupakan negara penghutang terbesar, sekarang rasio hutangnya hanya kurang dari 40% total GDPnya. Di bawah Indonesia yang rasio hutangnya sudah mencapai 68% dari GDP dan terus bertambah sekitar Rp 100 trilyun/tahun. Kuwait dan Qatar juga mengandalkan BUMN mereka untuk mengelola kekayaan alamnya sehingga tidak bocor ke asing.
Akibatnya negara mereka makmur. Ketika saya tinggal di Arab Saudi selama 6 bulan di rumah satu warga negaranya, di sana bukan cuma bensin lebih murah, tapi sekolah, listrik, rumah sakit gratis. Bahkan di sana kalau kuliah diberi uang saku.
Negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, Perancis, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dsb itu tidak pernah menyerahkan kekayaan alam mereka ke asing. Mereka mengelola sendiri kekayaan alam mereka. Qatar dan Kuwat meski SDMnya sedikit, mereka tetap buat BUMN sendiri. Tenaga ahli mereka cari dari luar negeri termasuk dari Indonesia. Coba lihat Kompas Sabtu-Minggu di kolom lowongan kerja, banyak iklan lowongan kerja dari BUMN Qatar, Kuwait, dsb yang mencari ahli migas dari Indonesia. Dan memang SDM Migas Indonesia cukup ahli dan melimpah karena sebagian besar pekerja di perusahaan migas asing di Indonesia juga merupakan putra-putri Indonesia.
Bahkan Malaysia pun yang serumpun dengan kita dengan jumlah penduduk lebih sedikit dan di bawah kita kualitas SDMnya tetap mengelola sendiri migas mereka via BUMNnya Petronas sehingga 4 kali lipat lebih makmur dari kita. Gedung Petronas pun berdiri megah sebagai gedung tertinggi kedua di dunia sebagai bukti nyata keberhasilan BUMN tersebut.
Biaya Nasionalisasi ternyata amat rendah. Meski Exxon menuntut ganti rugi US$ 12 Milyar atas aset mereka yang dinasionalisasi, namun Lembaga Arbitrase Internasional setelah menaksir hanya menetapkan pemerintah Venezuela membayar US$ 907 juta saja. Artinya dengan produksi minyak 3 juta bph dan harga minyak US$ 100/barel, pemerintah Venezuela sudah bisa melunasi aset Exxon tersebut.
Jadi untuk apa “mengundang Investor Asing” dan membiarkan mereka menyedot minyak dan gas Indonesia hingga puluhan tahun kalau ternyata biayanya bisa dilunasi dalam waktu yang sebentar saja?
Selama kekayaan alam Indonesia masih dinikmati oleh asing, Indonesia tidak akan pernah bebas dari kemiskinan.
Tidak ada satu bangsa pun yang maju dan sejahtera yang menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing. Jika kita lihat negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, Perancis, Jerman, Swis, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Venezuela, dan sebagainya, mereka tidak mau menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing. Harusnya ekonom Indonesia berjuang agar Indonesia bisa mandiri. Bisa berdikari.
AS, Inggris, Perancis, Belanda, dsb maju dan makmur karena selain mengelola kekayaan alamnya sendiri, mereka juga menguras kekayaan alam negara lain. Tak heran jika Anggaran Belanja Militer AS saja mencapai US$ 655 Milyar/tahun atau Rp 6.550 Trilyun/tahun sementara Anggaran Belanja Militer Indonesia cuma Rp 36 Trilyun saja. Kurang dari 1% anggaran AS!
Bukan justru membujuk rakyat/pemerintah agar Indonesia tidak mandiri dan bergantung kepada perusahaan2 asing yang ternyata justru memperkaya perusahaan dan direksi mereka sendiri
Oleh karena itu, dari Rp 30 Ribu Trilyun/tahun yang didapat perusahaan-perusahaan asing tersebut, bisa jadi 10-20% berasal dari kekayaan alam Indonesia atau minimal Rp 3.000 Trilyun/tahun.
Saat ini APBN Indonesia hanya sekitar Rp 1.000 trilyun untuk 240 juta rakyat Indonesia. Artinya tiap orang hanya mendapat sekitar US$ 34/bulan. Masih di bawah garis kemiskinan Bank Dunia yang US$ 60/bulan/orang. Tak heran Indonesia tidak punya cukup uang untuk mensejahterakan rakyat, memberi pendidikan yang terjangkau dari SD hingga Perguruan Tinggi, memberi layanan Rumah Sakit yang terjangkau, Pembaruan Alutsista, menyelamatkan anak-anak jalanan, dan sebagainya.
Bayangkan seandainya Indonesia mandiri dan mendapat tambahan Rp 3.000 trilyun dari hasil kekayaan alamnya sehingga APBN kita menjadi Rp 4.000 trilyun/tahun. Artinya ada US$ 138/bulan untuk setiap orang. Seluruh penduduk Indonesia bisa lepas dari garis kemiskinan VERSI BANK DUNIA yang US$ 60/bulan. Indonesia bisa melunasi hutangnya yang Rp 1.600 trilyun dengan mudah. Indonesia tidak perlu menunggu-nunggu “INVESTOR ASING” untuk membangun negerinya.
Segala janji bahwa pendidikan murah, layanan Rumah Sakit murah, pembaruan alutsista, atau pun mensejahterakan rakyat itu hanya omong kosong belaka jika Presiden kita tidak mau mandiri mengelola kekayaan alam Indonesia. Indonesia tidak akan punya cukup uang selama hasil kekayaan alam kita yang menikmati justru Kompeni-kompeni gaya baru yang didukung oleh pemerintah mereka.
Lihat video di mana Kompeni gaya baru yang didukung AS dan Inggris turut campur untuk menguasai kekayaan alam Indonesia sehingga 1 juta korban tewas:
Indonesia butuh pemimpin yang bijak dan berani seperti Raja Faisal dari Arab Saudi dan Hugo Chavez dari Venezuela yang berani menasionalisasi perusahaan pertambangan asing dan mandiri mengelola kekayaan alamnya.
Di bawah adalah sebagian hasil kekayaan alam Indonesia. Indonesia masih punya banyak kekayaan alam yang melimpah selain statistik di bawah.
tambang
kebun
MINYAK
batubara
Berikut tulisan dari Ensiklopedi MS Encarta:
Saudi Arabia
The latter development, along with Saudi Arabia’s 1974 takeover of controlling interest in the huge oil company Aramco, greatly increased government revenue, thus providing funds for another massive economic development plan.
BUMN yang Menguntungkan Negaranya:
Norway’s economy is a mixed one of public and private enterprises. Although the economy is based on free-market principles, the government exercises considerable supervision and control. The state owns railroads and most of the public utilities, and state-owned enterprises largely control the vital oil and natural gas sectors.
Microsoft ® Encarta
http://encarta.msn.com/encyclopedia_761556517_5/norway.html
About PETRONAS
PETRONAS, the acronym for Petroliam Nasional Berhad, was incorporated on 17 August 1974 under the Companies Act 1965. It is wholly-owned by the Malaysian government and is vested with the entire ownership and control of the petroleum resources in Malaysia through the Petroleum Development Act 1974.
Over the years, PETRONAS has grown to become a fully-integrated oil and gas corporation and is ranked among FORTUNE Global 500’s largest corporations in the world. PETRONAS has four subsidiaries listed on the Bursa Malaysia and has ventured globally into more than 32 countries worldwide in its aspiration to be a leading oil and gas multinational of choice.
http://www.petronas.com.my/internet/corp/centralrep2.nsf/frameset_corp?OpenFrameset
1973Saudi Arabia’s Government acquires a 25 percent participation interest in Aramco.1975Master Gas System project is launched.1980Saudi Government acquires 100 percent participation interest in Aramco, purchasing almost all of the company’s assets.http://www.saudiaramco.com/irj/portal/anonymous?favlnk=%2FSaudiAramcoPublic%2Fdocs%2FAt+A+Glance%2FOur+Story&ln=en
China National Petroleum Corporation

China National Petroleum Corporation was established on September 17, 1988 on the basis of the Ministry of Petroleum Industry, mainly in charge of oil and gas upstream operations. It is a state oil company endowed with certain governmental administrative functions.http://www.cnpc.com.cn/en/aboutcnpc/companyprofile/history/default.htm
Crude Petroleum Production (thousand barrels/year)





No Country Production Non BUMN Production Description
1 Saudi Arabia 2.788.463 BUMN
2 Russia 2.705.835 2.705.835 BUMN?
3 United States 2.098.560 2.098.560 National Company
4 Iran 1.258.031 BUMN
5 China 1.238.070 1.238.070 BUMN?
6 Mexico 1.160.479 1.160.479
7 Norway 1.092.157 BUMN
8 Venezuela 951.091 BUMN
9 United Kingdom 837.053 837.053 National Company
10 Canada 792.812 792.812 National Company
11 Nigeria 773.549 773.549
12 United Arab Emirates 760.449 760.449
13 Iraq 738.901 738.901
14 Kuwait 691.842 BUMN
15 Brazil 531.509 531.509
16 Libya 481.590 481.590
17 Algeria 477.007 477.007
18 Indonesia 462.782 462.782
19 Oman 327.528 327.528
20 Angola 327.399 327.399
21 Kazakhstan 298.906 298.906
22 Argentina 276.510 276.510
23 Malaysia 255.113 255.113
24 Qatar 248.045 BUMN
25 India 242.801 242.801
26 Egypt 230.605 230.605
27 Australia 228.634 228.634
28 Colombia 210.727 210.727
29 Syria 186.571 186.571
30 Yemen 161.911 161.911
31 Ecuador 143.371 143.371
32 Denmark 135.421 135.421
33 Vietnam 124.037 124.037
34 Azerbaijan 113.322 113.322
35 Gabon 91.751 91.751
36 Congo (ROC) 91.021 91.021
37 Sudan 87.210 87.210
38 Equatorial Guinea 77.638 77.638
39 Turkmenistan 65.588 65.588
40 Brunei 59.536 59.536
41 Thailand 46.446 46.446
42 Trinidad and Tobago 44.501 44.501
43 Romania 43.830 43.830
44 Peru 35.380 35.380
45 South Korea 33.140 33.140
46 Italy 31.178 31.178
47 Uzbekistan 29.013 29.013
48 Tunisia 27.689 27.689
49 Ukraine 27.543 27.543
50 Cameroon 25.501 25.501
51 Germany 25.152 25.152
52 Papua New Guinea 20.145 20.145
53 Pakistan 18.356 18.356
54 Cuba 17.275 17.275
55 Turkey 17.048 17.048
56 Netherlands, The 16.922 16.922
57 Belarus 13.334 13.334
58 Bahrain 12.784 12.784
59 Bolivia 11.748 11.748
60 New Zealand 11.100 11.100
61 France 9.832 9.832
62 Hungary 8.793 8.793
63 Philippines 8.588 8.588
64 Congo (DRC) 8.279 8.279
65 Croatia 8.036 8.036
66 South Africa 7.121 7.121
67 Austria 6.787 6.787
68 Côte d’Ivoire 6.715 6.715
69 Guatemala 6.573 6.573
70 Poland 6.114 6.114
71 Myanmar 5.479 5.479
72 Serbia and Montenegro 5.114 5.114
73 Belgium 4.383 4.383
74 Suriname 3.653 3.653
75 Lithuania 3.229 3.229
76 Czech Republic 2.738 2.738
77 Ghana 2.557 2.557
78 Spain 2.402 2.402
79 Albania 2.323 2.323
80 Bangladesh 2.192 2.192
81 Chile 2.192 2.192
82 Japan 1.948 1.948
83 Estonia 1.863 1.863
84 Singapore 1.461 1.461
85 Sweden 1.461 1.461
86 Greece 1.155 1.155
87 Georgia 731 731
88 Portugal 731 731
89 Kyrgyzstan 731 731
90 Kenya 365 365
91 Ireland 365 365
92 Panama 365 365
93 Slovakia 365 365
94 Dominican Republic 365 365
95 Bulgaria 365 365
96 Barbados 365 365
97 Benin 365 365
98 Switzerland 365 365
99 Morocco 183 183
100 Tajikistan 91 91
101 Israel 37 37
102 Jordan 15 15
103 Slovenia 7 7

Total 24.458.709 17.429.080

Value in US$
1.220.035.600.000

Value in Rp
12.200.356.000.000.000

15% of Sharing
1.830.053.400.000.000





Microsoft ® Encarta ® 2006. © 1993-2005 Microsoft Corporation. All rights reserved.
Natural Gas Production

(Billion cu feet)





1 Russia 21.012 BUMN
2 United States 19.917 19.917
3 Canada 6.639 6.639
4 United Kingdom 3.602 3.602
5 Algeria 2.790 2.790
6 Iran 2.649 BUMN
7 Netherlands, The 2.649 2.649
8 Indonesia 2.472 2.472
9 Norway 2.401 BUMN
10 Uzbekistan 2.048 2.048
11 Saudi Arabia 2.013 BUMN
12 Turkmenistan 1.907 1.907
13 Malaysia 1.730 1.730
14 United Arab Emirates 1.519 1.519
15 Mexico 1.342 1.342
16 Argentina 1.271 1.271
17 Australia 1.271 1.271
18 China 1.165 1.165
19 Qatar 1.059 BUMN
20 Venezuela 1.059 BUMN
21 Egypt 953 953
22 India 883 883
23 Pakistan 812 812
24 Germany 777 777
25 Thailand 671 671
26 Ukraine 636 636
27 Trinidad and Tobago 600 600
28 Oman 530 530
29 Italy 530 530
30 Nigeria 494 494
31 Romania 459 459
32 Kazakhstan 459 459
33 Brunei 388 388
34 Bangladesh 388 388
35 Bahrain 318 318
36 Brazil 283 283
37 Denmark 283 283
38 Kuwait 283 BUMN
39 Myanmar 283 283
40 New Zealand 212 212
41 Libya 212 212
42 Poland 212 212
43 Colombia 212 212
44 Bolivia 212 212
45 Syria 212 212
46 Azerbaijan 177 177
47 Hungary 106 106
48 Japan 106 106
49 Iraq 71 71
50 Croatia 71 71
51 France 71 71
52 Austria 71 71
53 South Africa 71 71
54 Tunisia 71 71
55 Philippines 71 71
56 Vietnam 71 71
57 Angola 35 35
58 Chile 35 35
59 Côte d’Ivoire 35 35
60 Equatorial Guinea 35 35
61 Ireland 35 35
62 Serbia and Montenegro 35 35
63 Spain 35 35







62.543


Tidak ada komentar :

Bagikan