By Nanik S Deyang
Bagi saya pribadi, dibanding Pak PS saya lebih lama mengenal Prof Suhardi, saya mengenal sebelum Prof Hardi berkeluarga, dimana kala itu beliau masih sebagai Doktor, karena beliau dosen pembimbing saya. Memang saya agak aneh, saya kuliah aslinya di Fakultas Bilologi Unsoed Purwokerto, dosen pembimbing saya Prof Hardi, Dosen Kehutanan UGM. Walhasil di akhir kuliah saya tiap minggu bolak-balik Purwokerto-Yogja.
Mungkin karena saya "anak bimbingannya" yang paling nyleneh, dan kebetulan dari penelitian yang saya ambil, saya yang paling bagus dibanding mahasiswanya sendiri dari UGM, sehingga saya menjadi "anak emas" beliau, hingga saya disponsori untuk mendapatkan bea siswa melanjutkan sekolah ke tempat beliau sebelumnya mengambil master dan doktor.
Karena menjadi anak didiknya yang paling tomboy dan arogan mungkin, Pak Hardi selalu memantau saya, takut kebablasan bandelnya. Dan belia juga sangat tau saya manusia yang gak bisa diarahkan, itulah sebabnya beliau tetap mendukung, ketika saya tidak mau meneruskan mengambil master, meski sudah susah payah beliau membantu saya. Dan ketika akhirnya saya lebih memilih menjadi wartawan, jauh dari penelitian dan disiplin ilmu saya, beliau hanya bilang.."Deyang kamu itu manusia mandiri , pasti kamu tau mau kemana kamu melangkah" .
Ketika menjadi wartawan, dan saya sempat di Iran, saya putus kontak, hingga kebetulan saat saya ke Yogja, saya bertemu beliau di Bandara Adi Sucipto. Dan seperti biasa di hadapan kawan-kawan saya, dan kawan beliau, Prof Hardi, selalu membanggakan saya, "Ini lho anak didik saya yang paling bandel, Dia sangat mandiri dan pekerja keras" ...Hingga wafat mungkin sudah ratusan kali, setiap bertemu orang beliau selalu membanggakan saya. Bahkan mungkin orang yang dengar juga bosan, saking seringnya beliau membanggakan saya.
Tahun 2001, saat beliau diangkat menjadi Dirjen, beliau menelpon saya . Tentu saya kaget kok beliau sudah melambung menjadi Dirjen, rupanya Gus Dur melihat "PERMATA" langka ini. Sayangnya rezim Gus Dur digulingkan, sehingga menteri kehutanan yang kala itu Marzuki Usman diganti, dan beliau juga ikut diganti. Sejak tidak menjabat Dirjen beliau memang aktif di HKTI.
Profesor Doktor Suhardi MSc, boleh dikatakan manusia langka di Indonesia. Beliau bukan hanya sangat cerdas karena menjadi doktor masih dalam usia yang sangat muda, padahal waktu itu tidak seperti sekarang, untuk menjadi Doktor cukup makan waktu lama. Apalagi penelitian yang diambil Prof Hardi, termasuk kala itu masih langka yaitu tentang enzim yang dikeluarkan oleh suatu jamur yang bisa menyuburkan tanah-tanah yang tandus, sehingga tanah yang tandus bisa dihutankan, atau dihijaukan.
Selain cerdas, Profesor yang kami suka ledek berstyle "Ndesit" ini, juga sangat sederhana, rumah beliau yang ditempati di Yogja saat ini itu ya rumahnya saat awal beliau punya rumah. Belakangn rumah tersebut ditambahi pendopo. Bahkan saat menjadi Dekan Fakultas Kehutanan UGM, ke Kampus pun beliau hanya naik sepeda. Dan saat menjadi Dirjen, beliau hanya indekos saja di Jakarta.
Profesor yang rendah hati, dan tidak pernah menyakiti siapapun, serta selalu santun ini, mencintai Indonesia luar biasa. Beliau punya keyakinan Indonesia bisa makmur apabila pertanian di Indonesia digarap dengan sebenar-benarnya.
Beliau tidak ingin rakyat kita jadi TKI. Beliau ingin Indonesia menguasai dunia dalam hal komonditas pertanian, jadi bukan seperti sekarang kita impor berbagai komonditas pertanian, tapi sebaliknya kita yang harusnya bisa impor, karena lahan kita dan iklim kita itu paling bagus untuk mengembangkan bidang pertanian. Semua tanaman bisa tumbuh baik di Indonesia.
Saking cintanya di bidang pertanian, beliau sampai SUMPAH GANDUM. Dimana seumur hidupnya beliau tidak pernah mau makan mie atau roti yang terbuat dari tepung gandum . Sebaliknya beliau sangat konsentrasi mengembangkan tanaman polo pendem (semua tanaman umbi-umbian seperti singkong, ubi, talas dll). Bahkan saking konsentrasinya meneliti Ketela, beliau dapat sebutan "Prof Telo atau Ketela".
Mengapa Prof Haradi anti gandum, karena menurutnya gandum membuat anak-anak tidak sehat, dan bisa menjadi penyebab autis (saya lupa persisnya tapi banyak tulisan Prof Hardi, berkait dengan kebenciannya pada Gandum). Tak hanya itu, gandum yg 100 persen diimpor oleh Indonesia tersebut telah menguras devisa negara yg jumlahnya sangat besar, karena rakyat Indonesia sudah "dicekoki" produk gandum sejak dini, sehingga tingkat ketergantungan mengkonsumsi gandum sangat tinggi.
Di luar itu, impor gandum yang besar, membuat harga-harga produk pertanian kita rendah, akibatnya petani malas bertani, dan pada saat petani malas, justru yg masuk adalah produk impor. Prof Hardi meyakini, hancurnya pertanian kita, karena memang sdh diskenario oleh negara-negara Kapiatlis, sehingga sektor pertanian kita hancur lebur, padahal kita negara agraris.
Bila sudah bercerita soal pertanian dan lahan kita yg hancur, beliau bisa kuat berjam-jam, bahkan kadang sampai menangis merasakan keadaan negara Indoneisa, dan juga nasib petani kita.
Oh ya dalam penelitiannya, beliau menemukan bahwa Ketela mengandung Kalsium lebih tinggi dibanding komonditas yang mengndung karbohidrat lainnya, sehingga anak-anak yang sejak dini diberi makan ketela, bukan saja terbebas dari berabagi penyakit berat seperti autis, tapi tulangnya juga kuat. Profesor Suhardi sering berleleh-leleh air mata, mengetahui akhirnya ketela pun harus kita impor, padahal di Indonesia ketela ditancap tanpa dikasih pupuk pun bisa tumbuh dengan baik.
Bagaimana peneliti dan pendidik ini kemudian sampai terjun ke dunia politik meningalkan posisinya sebagai Dekan Fakultas Kehutanan UGM? Di HKTI-lah Prof Suhardi yang pengurus HKTI DIY bertemu dengan sang Ketua Umum HKTI, Prabowo Subianto. Bahkan kalau mau jujur, cikal bakal partai Gerindra tersebut bermula dari ngototnya Prof Hardi yang ingin membuat partai yang bisa menyuarakan kepentingan petani dan nelayan.
Mengapa harus membuat partai? Karena Prof Hardi merasa, selama ini tidk ada satu pun partai yang secara serius membela nasib petani dan nelayan. Sehingga nasib pertanian, peternakan, dan perikanan kita hancur lebur, padahal Allah SWT sebetulnya memberikan kekayaan yang luar biasa pada negara kita di bidang itu.
Saat disodorkan proposal pertama Pak Prabowo tidak tertarik, apalagi Pak Prabowo juga tidak tertarik terjun ke politik. Namun Fadlizon yang kala itu sering mendampingi Pak Prabowo di HKTI, ikut mendorong Pak Prabowo untuk membuat Partai.
Sementara meski proposalnya ditolak, Pak Hardi tidak patah arang, setiap bertemu Pak Prabowo, beliau selalu menanyakan proposalnya, dan akhirnya Pak Prabowo "nyerah", namun kemudian Pak Prabowo minta ke Prof Suhardi, supaya nama partainya jangan Partai Tani dan Nelayan, supaya partai baru tersebut bisa memperhatikan juga bidang lain dan rakyat lain yang berfrofesi di luar tani dan nelayan bisa ikut dibela . Selanjutnya setelah melalaui berbagai perenungan, Pak Prabowo mengusulkan nama Gerindra.
Saat nama Partai sudah diketemukan , dan organisasi mulai disusun, Pak Prabowo belum terlintas memilih Prof Suhardi sebagai Ketua Umum Partai, apalagi beliau kala itu sebagai Dekan, dan belum punya pengalaman mengelola Partai. Namun sebuah cerita UNIK dan AJAIB terjadi.
Suatu kali dalam acara di Yogja, Pak Prabowo mampir ke rumah Prof Suhardi. Saat melangkah masuk ke rumah Prof Suhardi, Pak Prabowo yang semula sudah heran dengan sederhananya Rumah Prof Suhardi, dibuat tercekat ketika melihat isi rumah Profesor yang sangat sederhana, dan lantainya masih dari TEGEL lama yang warnanya putih kusam. Pak Prabowo makin bengong, ketika numpang kencing dan masuk kamar mandi ternyata ternyata WC Profesor masih WC Jongkok. Dan di Dalam kamar mandi itulah Pak Prabowo memutuskan bahwa Prof Suhardi-lah yang akan dipilih Menjadi Ketua Umum Gerindra.
"Bayangkan seorang mantan Dirjen, dan seoarang dekan dari Universitas Terkemuka, rumahnya masih pakai Tegel lama, dan klosetnya bukan yang duduk, tapi yang jongkok. Jadi jangan anda bayangkan di dalam kamar mandi itu ada shower dll... waduh yang ada juga gayung," kata Pak Prabowo . Dan cerita proses menentukan Pak Hardi sebagai Ketum Geirndra yang unik ini, sering diceritakan Pak Prabowo bila bertemu siapapun. Bahkan di Partai Gerindra sampai ada joke, kalau mau jadi Ketum buat dulu WC jongkok, dan kalau Pak Prabowo mampir ke rumah, persilahkan kencing di kamar mandi yang klosetnya jongkok.
Namun suatu kali Pak Prabowo pernah bercerita pada saya, bahwa dia memilih Pak Hardi, bukan saja lantaran Prof ini cerdas, sederhana, dan jujur, tapi Pak Prabowo punya keyakinan bahwa Profesor yang sabar ini bisa mengayomi semua orang di partai, sehingga potensi gejolak di partai bisa diredam.
Tak hanya itu, Pak Prabowo juga yakin, Profesor bukanlah orang yang akan menusuknya dari belakang atau menjadi pengkhianat. Saking sayangnya dengan Profesor, ketika mulai ada yang mulai ada yang mengutak-atik posisi Profesor sebagai Ketua Umum, Pak Prabowo pun mencari akal tidak menyelengarakan Munas, sehingga pemilihan Ketua Umum, masih dalam otoritasnya, sebagai Ketua Dewan Pembina.
Sebagai orang yang tidak pernah berkecimpung di partai mana pun, 6 tahun memimpin Gerindra, dan partai baru itu kini sudah menjadi nomer 3, tentu prestasi yang luar biasa bagai Profesor, apalagi partai ini, merupakan partai baru. Tak heran, Pak Prabowo sangat terpukul, dan tangisnya meledak, saat kehilangan sahabat terkasih yang dipercayainya.
Saat ditanya wartawan tadi pagi di DPP Gerindra, usai melepas sahabatnya untuk dimakamkan di Yogja, Pak Prabowo terbata-bata dan sulit menjawab, ketika wartawan menanyakan apa yang paling berkesan dari Prof Suhardi.
Pak PS mengatakan, terlalu banyak menceritakan kelebihan Profesor, bahkan sulit mencari orang seperti Profesor. Bagaimana tidak? Profesor pekerja keras yg sangat jujur.
Selama menjadi Ketua Umum Partai, dari 500 kantor cabang Gerindra 400 di antarnya sudah didatanginya, padahal lokasinya kadang harus dicapai dengan naik ojek atau harus ditempuh dengan kendaran darat yang memakan waktu berjam-jam.
"Tak hanya bekerja keras, beliau itu manusia paling jujur. Bayangkan mana ada jaman sekarang orang dapat biaya jalan ke luar kota kalau ada sisa dikembalika, tapi pak Hardi itu kalau uang jalan sisa, dikembalikan " kata Pak Prabowo menahan tangisnya.
Melihat Pak Prabowo yg berjalan dengan kaki yang lunglai, saya pun yang kebetulan di dekatnya seperti merasakan, betapa kehilangannya Pak Prabowo atas sosok Prof Suhardi. Rasa sesal pun mulai menyelimuti hati saya, mengapa orang yang begitu tulus pada saya itu selalu saya tolak niat baiknya. Dulu dia mati-matian saya bisa mengambil master, diusahkan saya bisa mendapatkannya dengan gratis, saya menolaknya.
Kemudian tahun 2009 sampai beliau buatkan saya kartu Gerindra, dan minta saya Nyaleg saya juga menolak, padahal beliau dengan sabar terus menilpon saya hingga detik-detik penutupan. Dia hanya minta saya datang ke kantor Gerindra untuk tanda tangan.
Oh ya saya juga menolak, ketika beliau merekomendasikan saya menjadi eksekutf di perusahan pulp and paper di sebuah perusahaan besar. Ah ketulusan itu selalu saya balas dengan ledekan dan arogansi, kini saya seperti pak Prabowo kehilangan seorang yang tulus dan sangat luar biasa baik.
Selamat jalan Prof, hari ini saya baru sadar banyak hal kebaikkan yang telah engkau berikan padaku, maafkan muridmu yang bengal ini Prof semoga Allah SWT memberimu tempat di Surga, karena kemuliaan hatimu.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar