NAVIGASI

Rabu, 10 Desember 2014

Dagelan kenaikan harga BBM rezim JOKOWI



Lugu dan Lucu –nya Pak JKW


** Saat memberikan kuliah umum di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta (Selasa, 9/12), Pak JKW memberikan pernyataan bahwa pemerintah sama sekali tidak pernah menaikkan harga BBM. Pak Jokowi mengklaim bahwa yang dilakukan adalah mengalihkan subsidi dari BBM ke sektor lain yang lebih bermanfaat.

** Beliau juga menegaskan bahwa mahasiswa yang melakukan demo itu adalah salah sasaran... dan bahkan diberitakan sebagian besar mahasiswa dan civitas akademika yang mendengarkan ucapan Jokowi itu bertepuk tangan. [tepuk tangan karena sungkan yah... ]

** Seperti sebelum-sebelum
nya, Pak JKW selalu mendengung-ndengungkan bahwa subsidi adalah salah sasaran dan subsidi akan dialihkan ke sektor-sektor lain bahkan dengan penggambaran yang fantastis contoh : >>> "Subsidi BBM itu Rp 433 triliun, sementara APBN kita 2.039 triliun. Kalau saya menjabat 5 tahun, dan terus subsidi BBM, maka jadinya 1300 triliun dalam lima tahun. Uang sebanyak itu bisa membuat jalur kereta api di Kalimantan, Papua dan Sumatra yang biayanya cuma 360 triliun," <<< [catatan : sebetulnya pernyataan ini masih mentah, butuh penjelasan lebih lanjut... subsidi Rp 433 T, kok selama 5 tahun ada angka Rp 1.300 T ? tapi sudahlah, bukan ini esensinya ].

** Sementara orang menyanjung bahwa Pak JKW itu cerdas dan pintar karena mampu membahasakan kenaikan harga BBM dengan bahasa ilmu ekonomi. Tetapi, menurut saya pernyataan beliau itu terlalu lugu KARENA BISIKAN DARI PARA PENASEHAT EKONOMINYA seyogyanya beliau juga mengetengahkan dampak dari dialihkannya subsidi tersebut, YAITU AKHIRNYA HARGA BBM KEPADA KONSUMEN OTOMATIS NAIK !!! beliau boleh bilang tidak menaikkan harga BBM jika [akibat dialihkannya subsidi] memang tidak ada kenaikan harga di tingkat konsumen. Tapi faktanya, harga BBM itu sebetulnya naik gak sih ? Apa ganti harga saja

** Mungkin ada yg bertanya, “emang mungkin, mengalihkan subsidi tanpa menaikkan harga BBM ?” jawabnya mungkin saja... contoh : jika ada terobosan lain seperti memperbanyak pasokan BBM dengan peningkatan eksplorasi, eksploitasi dan pengilangan minyak bumi di dalam negeri. Sulit ??? iya memang sulit dan butuh proses, tetapi tidak lantas serta merta bisa seenaknya “mengelabuhi” rakyat dengan PERNYATAAN YANG TIDAK BERIMBANG.

** Efek Domino, Efek Multiplier adalah kelaziman otomatis yang timbul dari kenaikan harga BBM [akibat dialihkannya subsidi] yang JARANG disinggung oleh Pak JKW dan ini adalah ironi dengan pernyataan beliau yang sering gembar-gembor membela wong cilik. Rakyat yang hidup “MENDEKATI” Garis Kemiskinan –lah yang paling menderita dari keputusan naiknya harga BBM, karena dia tidak tersentuh dengan berbagai paket bantuan. Jadi bila ada yg bantah, bahwa rakyat miskin udah dibantu dengan BLT ? ah bercanda ‘deh....

** Lebih lucu lagi, jika pembelaan kenaikan HARGA BBM selalu dikaitkan dengan pembangunan infrastruktur & suprastruktur.... ini ibarat mau menghibur ANAK KECIL yang menangis dengan memberikan iming-iming janji DIBELIKAN PESAWAT TERBANG [beneran / bukan mainan], yaitu terlalu naif dan dipaksakan !!! apa iya, untuk membangun kesemuanya tersebut HANYA dengan menaikkan harga BBM ??? makanya Bang Rizal Ramli pengamat bilang, “Kreatif kek... !“

** Selalu akan muncul pertanyaan, orang kok bisanya cuman-cuman nyalahin dan kritik Pemerintah terus... apa alternatif solusinya ??? saya jawab alternatif solusinya BANYAK, tergantung “tingkat kemauan” dari pemerintah contohnya untuk tahun-tahun pertama Pemerintah Jokowi boleh –lah menunda dulu pembangunan infrastruktur dan suprastruktur [kalau perlu nambah hutang luar negeri juga gakpapa, asal terukur dan terkendali] tetapi dengan diimbangi dengan kebijakan extraordinary contoh pajak progresif, pembenahan besar2an institusi dan sistem birokrasi dari lembaga penerima pendapatan negara [seperti kantor pajak, bea cukai, instansi pemungut retribusi] dan pembenahan serius BUMN-BUMN... JADI TIDAK ASAL MENAIKKAN HARGA JUAL BBM DI SAAT HARGA MINYAK DUNIA JATUH, DENGAN ALIBI PENGALIHAN SUBSIDI. Bagi yang protes lagi, ‘ah nanti juga akan di kritik terus... Kritik jangan ditakuti.. Yang perlu ditakuti adalah terus menerus mengelabuhi karena ketidakkreatifan.

** Gaya ngeLes [‪#‎bukan‬ urusan saya, ‪#‎saya‬ tidak menaikkan BBM], Menyalahkan pihak lain [nyalahin anak buah ‪#‎transjakarta‬, nyalahin mahasiswa ‪#‎demo‬ bbm] adalah rutinitas keseharian Pak Jokowi dari sejak menjadi walikota solo hingga jadi Presiden sekarang yang mestinya pelan2 ditinggalkan dengan belajar mengedepankan diplomasi jujur yang penuh empati...

He..he... nanti ada yg komentar, “sok pintar melebihi presiden, kenapa tidak kamu saja yg jadi presiden ?” komentar yang ginian, tinggal ngopi aja jelang siang

http://www.merdeka.com/peristiwa/jokowi-saya-tidak-pernah-menaikkan-bbm.html

http://politik.rmol.co/read/2014/12/09/182846/Jokowi:-Saya-Tidak-Pernah-Menaikkan-Harga-BBM

Tidak ada komentar :

Bagikan