NAVIGASI

Senin, 28 Juli 2014

TENTANG "KEBOCORAN" & KEHILANGAN KEKAYAAN NEGARA


By Hazmi Srondol
Dulu Gajahmada ditertawakan karena Sumpah Palapanya utk menyatukan Nusantara. Soekarno juga ditertawakan karena cita-cita Kemerdekaan Indonesia-nya

Lalu kini, Prabowo ditertawakan karena bicara soal "kebocoran" kekayaan negara yang harus di selamatkannya.

Baiklah, sedikit saya bagi ulang tulisan soal ini yang saya tulis sejak tahun 2013 yang merupakan esensi dari cara beliau mewujudkan cita-citanya menjadikan kembali Indonesia sebagai "Macan Asia"....

MERDEKA!

=======

PRABOWO, TUKANG "TAMBAL BAN" KEBOCORAN KEKAYAAN NEGARA

“Ini luar biasa” kataku datar saat salah seorang staff Prabowo meminta pendapatku perihal apa yang sudah mereka kerjakan di ‘jantung’ operasional partai Gerindra.

“Luar biasa bagaimana, Mas?” tanyanya balik dengan wajah berbinar senang.

“Ya, luar biasa karena tidak ada yang melakukan seperti yang kalian kerjakan” jawabku sambil berbalik badan menjauh.

Aku tahu, mereka pasti senang dengan pendapat ini. Walau pun memang pendapatku ini tulus dan dari lubuk hati yang paling dalam, namun tidak kuinginkan memuji terlalu panjang lebar dan detail. Bukan apa-apa. Mereka memang harus di apresiasi tapi jangan sampai pujian berlebihan malah membuat kegedean rasa lalu cepat berpuas diri.

Padahal bagi pemuda-pemuda seperti mereka, walau masih banyak yang pada jomblo, karya besar mereka masih ditunggu untuk bangsa ini. Bukan sekedar untuk pemilu atau pilpres 2014, namun untuk masa yang lebih jauh lagi.

Ya, kalau kita cermati sebagian besat slogan partai peserta pemilu 2014 yang tersisa ini, kita selalu terbentur kepada kata-kata jargon belaka. Kadang saya merasa, kalimat yang tersebar di spanduk-spanduk
mau pun televisi tak ubahnya slogan produk rumah tangga yang mengklaim mereka adalah “kecap no. 1” atau “deterjen paling bersih”. So, apa penjelasan dari semua klaim ini?

Berbeda saat pertama kali kumembaca slogan Partai Gerindra ini, slogan yang unik—bukan slogan dagangan tetapi sebuah pertanyaan yang sangat mendasar, yaitu:

“Kalau bukan kita, siapa lagi! Kalau bukan sekarang, kapan lagi?”

Sebuah slogan pertanyaan yang membuatku berbulan bulan mesti semedi (lebay) untuk mencari apa yang membuat para pengurus dan pendirinya memilih sebuah pertanyaan daripada kata-kata tagline belaka.

Belum lagi, muncul slogan dari bawah (simpatisan) yang begitu seperti ‘memaksa’ kepada pengurus atasnya bahwa jika “Gerindra Menang, Prabowo Presiden!”.

Pertanyaan yang malah terjawab saat tanpa sengaja aku browsing tentang tokoh Bung Kecil (Sutan Sjahrir) usai nonton bareng film Soekarno bersama rekan-rekan blogger beberapa hari sebelumnya.

Dalam penyusuran di internet tentang sepak terjang Bung Syahrir inilah, sebuah cuplikan acara televisi yang mengupas tentang situasi politik pra kemerdekaan—muncul statement menarik dari Rocky Gerung, seorang filsuf politik dari Universitas Indonesia. Menurut nya,

“Slogan politik adalah sesuatu yang dioleh dengan kekuatan teori dan menghasilkan proposal perubahan.”

Dan...

“Politik artinya mengedarkan ulang pikiran, memberi keterangan baru pikiran lama. mencoba untuk mensiasti celah kecil yang terbuka untuk pikiran baru.”

Ya! Inilah dua point utama menjawab semua pertanyaanku sebelumnya tentang slogan dan program Partai Gerindra ini.

Harus diakui, slogan pertanyaan yang merupakan sebuah pancingan kepedulian sekaligus ajakan kepada seluruh warga negara untuk ikut berperan serta dalam sebah gerakan besar, gerakan menuju Indonesia Raya. Sebuah mimpi besar para founding father bangsa ini yang tertuang dalam lagu kebangsaaan yang berdarah-darah mereka perjuangkan untuk dikumandangkan. Mimpi yang masih belum 100% terwujud sampai hari ini.

Nah, kembali ke slogan Gerindra ini—muncul pertanyaan dasar, mengapa mereka begitu percaya diri mengajak orang-orang untuk bersama-sama bergerak bersama mereka?

Teori dan proposal perubahan apa yang mereka bawa dan tawarkan?

Pertanyaan yang dijawab langsung oleh munculnya draft program yang resmi mereka sebut sebagai “6 Program Aksi Transformasi Bangsa”-nya. Sebuah program (proposal) yang mudah sekali dicari baik secara cetak mau pun digital di internet. Semua sudah sangat mendetail step by step apa yang akan mereka lakukan.

Bahkan beberapa diantaranya, sudah diperjelas dengan kontrak politik yang berarti: Gerindra dan Prabowo menyodorkan kepalanya untuk siap dijitak atau dipenggal kepalanya jika ingkar janji.

Bagaimana dengan partai lain?

Pertanyaan yang tidak pernah dijawab oleh mereka. Mereka lebih sibuk menyebar luaskan program dan proposal ini ke masyarakat lewat jejaring media atau sosial medianya. Jangankan membandingkan dengan partai lain, menjelek-jelekan partai atau capres lain pun tidak pernah sedikit pun aku temukan. Paling sesekali mengkonter berita yang ‘memplesetkan’ statement Prabowo saat wawancara.

“Kalau soal detail program partai lain, monggo mas Srondol cari sendiri di internet untuk ada atau tidaknya” jelas Prabowo saat kami sedang makan malam bersama. Sebuah jawaban sederhana namun penuh sindiran, eh, makna.

Lalu, terkait statement pak Rocky tentang politik adalah sebuah sistem mengedarkan pikiran—mengerucut satu pertanyaan utama, apa “pikiran” Prabowo ini hingga sistem dan mesin-mesin politiknya begitu fokus dan tidak tolah-toleh saat menyebarkannya?

“Misi pertama kita sederhana, mas. Pertama menutup kebocoran dan kehilangan kekayaan negara yang selama ini menjadi biang kerok gagalnya negara mensejahterakan rakyatnya” jelas Prabowo.

Ya, saya termangu saat Prabowo dengan lugas menjelaskan bagaimana bangsa ini kehilangan lebih dari Rp. 1.100 Trilyun pada tahun 2013 ini. Lebih banyak lagi jika dikomulatifkan ketahun-tahun sebelumnya. Kehilangan yang disebabkan oleh tiga faktor yaitu:

1. Kebocoran Anggaran Negara (APBN) Rp. 500 Trilyun

Subuah kebocoran yang luar biasa edannya! Kebocoran yang dilakukan oleh para “maling” dan “komprador”—kata yang sering diucapkan berkali-kali oleh Prabowo dengan lantang dan penuh kemarahan. Maling merujuk pada koruptor uang negara baik pribadi mau pun sistematis. Sedangkan komprador adalah para antek-antek asing yang tega melacurkan dirinya sebagai jalan keluarnya aset-aset dan kekayaan sumber daya alam bangsa ini kepada orang asing.

2. Kehilangan Potensi Penerimaan Pajak Rp. 360 Trilyun

Sedikit teriris rasanya saat Prabowo menjelaskan bahwa para pembayar pajak yang taat ini adalah para rakyat kecil. Para petani-petani, nelayan, buruh-buruh, karyawan atau pegawai rendahan. Bagaimana para pengusaha kelas kakapnya? Bagaimana para pemilik modalnya? Belum lagi, tempat pengumpul uang pajak ini masih banyak tikus-tikus yang bersedia bernegosiasi untuk mengelabuhi angka pajak sebenarnya yang harusnya mereka bayar.

“Beraninya cuma sama wong cilik!” kata Prabowo menahan geram.

3. Anggaran Negara untuk Subsidi Energi Rp. 300 Trilyun

Beberapa tahun Prabowo menjadi pengusaha perminyakan di luar negeri seperti membuka matanya lebih lebar. Bagaimana bodohnya bangsa ini hanya menjual minyaknya secara mentah dan membeli secara jadi. Padahal, insinyur di Indonesia tidak diragukan lagi kepintaran dan kelihaiannya dalam rancang bangun dan tata kelola teknis minyak sendiri. Belum lagi soal konsumsi menyak bumi yang selalu meningkat tanpa terkendali.

Sungguh paparan yang terbayang olehku bagaimana repotnya Prabowo menyederhanakan kalimat dan jargon ekonominya agar bisa mudah diterima dan dicerna semua lapisan masyarakat. Mungkin sama repotnya dengan Robert T Kiyosaki yang menemukan pola arus keuangan yang akhirnya disebutnya “The Cashflow Quadrant”.

Pantesan saja, pernah suatu hari melihat Prabowo tampak anteng menjawab pertanyaan wartawan BBC London perihal programnya yang dianggap muluk-muluk dan ambisius.

Contohnya soal keberaniaanya menandatangani kontrak politik akan memberi anggaran pembangunan desa 1 milyar/pertahun. Padahal di Indonesia terdapat 80.000 desa yang berarti dibutuhkan 80 trilyun tiap tahunnya. Namun setelah tahu bahwa dengan menyelamatkan 1100 trilyun kekayaaan negara, hal itu sangat masuk akal dan bukan ambisi yang muluk-muluk.

Itu pun masih banyak sisa untuk hal lain seperti menghidupkan IPTN, membangun pabrik otomotif dan motor sendiri, pabrik elektronik dan telko sendiri, memperkuat persenjataan TNI bahkan buy back asset negara yang sudah terjual seperti Indosat dan lainnya pun masih sangat memungkinkan dan ada sisanya.

“Tapi, pak. Ini datanya dari mana?” tanyaku mencoba menelisik lebih dalam.

“Loh, ini data dari pemerintah sendiri mas. Saya nggak mengada-ada atau mencari-cari memakai lembaga survey buatan.” Jelasnya lagi.

Saya pun melongo. Kufikir beliau hanya sedang menyampaikan data dan fakta dari sejenis lembaga survey ala survey-survey capres yang lazim keluar beberapa bulan ini. Data dan fakta yang akhirnya membuatku menjadi tidak heran lagi jika banyak profesor dan guru besar ekonomi tidak mampu membantahnya.

“Sebenarnya data ini sudah banyak yang tahu, mas. Cuman entah mengapa disembunyikan. Saya harus nekad mengabarkan yang pahit-pahit ini kepada masyarakat agar sama-sama sadar. Saya tidak mau membuai rakyat dan mengatakan bahwa negara kita ini baik-baik saja. Bangsa kita dalam masalah besar, mas.” Jelasnya.

Masalah besar yang membuat bangsa besar ini, mirip sebuah motor balapnya Valentino Rossi yang sedang kempes bannya. Kempes karena bocor disana sini. Berjalan mengelinding hanya mengandalkan velk-nya saja. Tak heran, motor sebesar dan sekuat itu begitu mudah dilewati negara tetangga yang langsing dan efisien.

Ilustrasi yang kadang membuatku membayangkan Rossi sedang menuntun motor nya sambil dilewati motor bebek dan matic sambil dadah-dadah. Hiks…

Sungguh kadang saya merasa Prabowo ini seperti tukang tambal ban, tambal ban keuangan negara yang bocor-bocor.

“Nah, kalau sudah kebocoran anggarannya ditutup—bagaimana caranya menambah kekayaan negara, pak?” tanyaku makin penasaran.

“Begini mas, ada paradigma yang harus digubah. Contohnya pada minyak bumi dan sumber daya energi lainnya, selama ini kita hanya menjual minyak, gas dan batubara hanya secara mentah. Untuk minyak, kita hanya mendapatkan dana 100$/barrel. Padahal jika kita olah dahulu menjadi barang bernilai tambah yang merupakan turunannya—kita bisa mendapat harga yang puluhan bahkan ratusan kali dari minyak mentah. Itu juga berlaku untuk gas dan batubara..”

“Terus apalagi, pak?”

“Yang utama tentu kita memakai jurus “Strategi Dorongan Besar” yang berbasis pada pertanian. Berbasis pada ekonomi kerakyatan. Mas Srondol sudah siap mendengarkannya?” kata Prabowo sambil bertanya balik.

“E, sebentar. Saya tarik nafas dulu…”

Hup, puuuffff….
Read More

Konsep Tol Laut, Drone Sampai Laut China Selatan Jokowi Ngawur


RMOL. Jika menyimak konsep maritim yang dikemukakan capres Jokowi dalam debat capres sesi ketiga tadi malam, ada beberapa hal yang terdengar lucu dan menarik untuk dikritisi.

Misalkan Tol Laut, mengutip pernyataan pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy maupun politisi Partai Gerindra, Iwan Sumule, istilah itu jelas salah. Ketua Umum Indonesia National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto juga menganggapnya tak masuk akal. Begitu pula Direktur Indonesia Maritime Instutute, Y. Paonganan yang menyebutnya sebagai konsep bualan semata. Dalam analisanya, konsep Tol Laut Jokowi baru bisa terwujud setelah lima kali jabatan presiden mendatang.

"Yang kedua, soal penjualan Indosat di mana Jokowi menyatakan dalam debat bahwa Indosat dijual oleh pemerintah Megawati karena krisis ekonomi tahun 1998. Di sini Jokowi lupa bahwa penjualan Indosat terjadi pada tahun 2002 dan Indonesia tidak mengalami krisis ekonomi, karena tahun 2002 Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,66 persen (walau tidak sebesar pertumbuhan ekonomi di era Presiden SBY saat ini, 5,21 persen). Bahkan Jusuf Kalla menyatakan penjualan Indosat merupakan kesalahan pemerintahan Megawati," papar Iwan Sumule kepada Rakyat Merdeka Online, Senin pagi (23/6).

Yang ketiga, soal drone, menurut dia, tidak realistis karena selain harganya yang sangat tinggi, teknologi itu juga masih dalam kategori "rahasia". Dalam bahasa sindiran Dr A. Riza Wahono melalui akun facebook-nya, mungkin yang dimaksud Jokowi itu 'drown' , kelelep seperti Jakarta yang kebanjiran .

Dan yang keempat, soal Laut China Selatan yang dibilang Jokowi bukan merupakan batas wilayah Indonesia. Di sini capres Jokowi lupa bahwa pulau Natuna yang sedang di klaim China berada di Laut China Selatan.

"Bagaimana mau mempertahankan Wilayah NKRI, jika tidak mengetahui batas wilayah negara kita? Dan kesalahan pemerintah Megawati," tegas Iwan Sumule.

"Ini tidak boleh terulang lagi, di mana pulau Sipadan dan Ligitan telah lepas dari genggaman Republik Indonesia," imbuh Iwan.

Ia mengharapkan masyarakat nantinya lebih cerdas dalam memilih pemimpin lima tahun mendatang.

"Dan apa pun perbedaan pendapat atau pandangan kita, harus tetap dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda-beda tetap 1 juga," tandas Iwan.[wid]


Read More

Review Isu potensi kebocoran kekayaan negara

 
Prabowo Subianto
Kelemahan terbesar saya, adalah saya tidak bisa bicara manis. Saya juga tidak bisa diam, jika mengetahui ada yang tidak benar.

Isu potensi kebocoran kekayaan negara adalah isu yang sangat serius. Jika diberi mandat untuk jadi presiden, perjuangan utama saya adalah menyelamatkan setiap Rupiah kekayaan rakyat Indonesia. Kekayaan yang diselamatkan akan saya gunakan untuk bangun sekolah, buka lapangan pekerjaan, hapus kemiskinan.

Jika sahabat ada waktu, saya minta waktu 30 menit untuk saksikan dan sebarluaskan paparan berikut ini:
http://tinyurl.com/Bocor1000T

Atau bisa langsung download dgn HP vidio format 3GP ukuran 20 MB disini:
http://upfile.mobi/529906.b44d93d982a626dbd01409fd4a16e1f0 

Read More

PRABOWO DAN OMPRENG DIKEPALA

By Idjon Djanbi
Tahun 96 Prabowo berkunjung Grup-2 Kopassus, Sehari sebelum kunjungan Prabowo seluruh Uang Insentif, Uang Gizi, Uang Parako bahkan sabun semir dibagi Habis kepada seluruh Prajurit, Yah Namanya Juru Bayar dan Pejabat Gudang bertanya kepada beberapa Perwira, "Kok dibagi habis Pak ?", dijawab Oleh Perwira, "Kalau Danjen Tahu belum dibagi, Perwira bisa menclat kesana kemari diamuk."

Rencana awalnya beliau akan berkunjung Pada Sore Hari dan Menginap di Magrup-2 Kopassus Kandang Menjangan Solo. disaat Prajurit sedang Apel Pagi tiba -tiba datang sebuah Heli Kopter AD yang akan mendarat di Lap Grup-2 Kopassus, karena tidak Tahu, Prajurit yang melaksanakan siaga segera berhamburan sambil membawa senjata, ingin mengepung Heli tersebut, setelah mendarat turunlah seseorang Jenderal mengenakan Kaca Mata Hitam Police... betapa terkejutnya seluruh Prajurit dan Para Perwira, yang datang ternyata Danjen Kopassus Mayjen TNI Prabowo Subianto... beliau datang tanpa diketahui dan tanpa pemberitahuan dan tidak sesuai dengan Jadwal... Kapok... disidak !

Tanpa masuk ke Ruang Transit, beliau mengatakan "segera Alarm Kumpul saya ingin bertatap muka dengan seluruh Prajurit". Seluruh Prajurit dan PNS pun Kumpul dicek satu persatu...
Kemudian Beliau memberikan Pengarahan, sebelum pengarahan, sebuah pertanyaan tak terduga ditanyakan kepada Prajurit yang paling bawah... "ya Kamu berdiri.." Prajurit itupun berdiri.
Pak Prabowo bertanya lagi " Apakah Hak-hak kamu, Uang Lauk Pauk, Gizi, Isentif dan Parako sudah Kamu terima semuanya..?
Prajurit tersebut pun menjawab : "Siap Sudah Komandan..!"

Aman.... mungkin ucapan dalam hati sebagian prajurit...
"Mana Juru Bayar, Bawa Buku Tandatangan Gaji dan Pembayaran Hak Prajurit ke sini.. ?" Kata Pak Prabowo

Juru Bayarpun pun mengambil Buku pencatatan keuangan dan menyerahkannya kepada Pak Prabowo....

Pak Prabowo pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih karena sudah melaksanakan perintahnya. Anda bisa bayangkan saat itu tidak adayang berani mengeluarkan suara bahkan kepakan sayap Nyamuk terdengar sangat Jelas....

Setelah selesai Pengarahan dilanjutkan beribadah, yang Muslim ke Masjid, Nasrani ke Gereja dan Hindu ke Pura.... selesai beribadah, persiapan kembali ke Barak untuk Makan Siang... sedangkan Pak Prabowo disiapkan Makan siang di Magrup bersama Perwira Magrup...
Tiba-tiba suasana pun berubah, Prabowo mengatakan "saya ingin makan bersama dengan Prajurit saya di Barak."

Pak Prabowo pun mendatangi beberapa Barak dan mencicipi Makanan Barak... tanpa sedikitpun beliau tersenyum... mencoba dan mencoba mencicipi seperti ada yang salah dengan makanan tersebut.... tibalah pada Puncaknya....Be
berapa Prajurit Bujangan makan siangnya di sebuah saung pinggir Kolam Ikan, Pak Prabowo melihatnya dan menghampiri mereka, Prajurit yang berada di situ berubah menjadi Patung, ada yang sedang menyuap ada yang sedang mengunyah.

"Lanjutkan makannya, Mana Jaga Barak ?, bawakan Makan siang Barak ke sini, kita Makan sama -sama disini" kata Pak Prabowo...

Jaga Barak pun membawakan seluruh makan siang di Barak, Pak Prabowo mengambil sendiri makanannya dikuti oleh Para Perwira...

Tiba-tiba..... Klontang bunyi Opreng dibanting di Meja.
Pak Prabowo bertanya kepada Prajurit "Apakah Makan ini Enak ?
"Siap Enak " jawab Prajurit...
"Ya.... Enak menurut kalian, sekarang semua Perwira ambil makan dan makan didepan saya" kata Pak Prabowo...
semua Perwirapun melaksanakannya, satu persatu Prabowo memperhatikan mereka makan ada yang tidak Habis dan ada yang mengambil makan sedikit....

"Ya Kamu Perwira.... kenapa tidak Habis?
"Siap, Nasi ada Kutunya, Siap masih ada Kerikil, Siap Sayur ada Ulatnya"
"Trus apakah makanan Ini Pantas untuk dimakan Prajurit ?
Perwira menjawab "Siap Tidak Pantas"
'" Jika Tidak Pantas, mengapa mereka diberi Makanan Kambing?"
Tidak ada yang berani menjawab, Jika ada Ilmu menghilangkan diri, mungkin saat itu anggota sudah menghilang dan melarikan diri...

"Ya Semua Perwira Jongkok, angkat Ompreng Kalian diatas Kepala, Balikkan Ompreng kalian" Ompreng pun di Balik, seluruh isi Ompreng Tumpah di Kepala Perwira, Nasi, Sayur dan Cabepun menjadi satu.

"Kalian Prajurit adalah Para Ksatria Bangsa, harus diperlakukan seperti Ksatria, Bagaimana mereka bisa Perang kalau makannya ada Pasir dan Ulat ?.. mereka dibentuk Mahal oleh negara jangan disiasiakan, Kalian Jangan coba-coba Korupsi, akan saya Pecat kalian,
Sekarang Juga kalian Perwira keluar dan belikan makanan yang paling anak di solo untuk seluruh Prajurit dan harus Cukup....

Perwira pun berhamburan mencari yang paling cepat hanya satu Nasi Padang... sa Baskom baskomnya di bawa ke asrama, setelah semua Prajurit Makan siang.

"Mana Cemilannya, Jangan Kue atau Roti, tapi Jagung, Singkong dan Kacang kacangan" kemudian dibawakan....

Disaat orang lagi Stres dan Ketakutan, ternyata Barak sebelahnya tidak tahu ada Gempa Bumi (Prabowo Marah) di Barak atas, Ternyata di Barak Bawah mereka sambil Ngopi dan bermain Gitar, samar samar terdengar Oleh Pak Prabowo...

"Itu Yang main Gitar suruh kesini, Bawa Gitarnya sekalian ke sini..!" perintah Pak Prabowo.
Dalam hati, Pasti Gitar itu Pecah Berhamburan, tak lama datanglah remaja Barak bawah.. (Prabowo tidak tahu,Remaja Barak sengaja menyanyi lagu kesukaan Prabowo)

"Yang Main Gitar dibawah tadi siapa ?" tanya beliau
"Siap saya Komandan " Jawab anak Ambon itu...
"Kamu mainkan Gitar dan Lagu tadi" minta beliau
Si Ambon pun menyanyi, Sio Mamae, Beta Rindu Mau Pulange, belum selesai menyanyi..."Dangrup... besok si Ambon ini suruh Cuti pulang ke Ambon, beri dia Tiket Pesawat dan ini uang buat kamu berikan kepada Orang Tuamu sampaikan salam hormat saya kepada keluargamu di Ambon sana"

Suasanapun Cair, Pak Prabowo pun tertawa "Prajurit itu tidak boleh Stres, harus bergembira, semangat jangan manyun, Saya Tahu banyak Prajurit yang tidak tahu makan direstorant, tidak bisa Naik Eskalator, Tidak Bisa Naik Motor dan membawa Mobil dan ada yang belum pernah Naik Pesawat sipil, mulai besok kalian perwira ajak mereka ke Restoran dan Naik Eskalator dan ajarkan mereka hal baik" Kata Pak Prabowo

" Siap" jawab Para Perwira
Pak Prabowopun naik Heli Kopter dan menuju ke Grup-1 Kopassus di Serang Banten...

Pak Prabowo sudah Pulang tapi Prajurit lanjut dengan kelucuannya, yang belum pernah naik Eskalator diajak ke Mall, namanya dari Kampung ada yang naik Eskalator sambil Duduk pas turunnya loncat loncat..

Demikian juga yang tidak bisa mengendarai Motor diajarin sampai malam hari....
Tak Jarang banyak kejadian lucu, seperti Makan Bakso menggunakan Sumpit, Baksonya tidak masuk ke Mulut tapi Loncat ke Kepala rekan sebelah.

BANYAK KEJADIAN LUCU, TAPI JIKA DICERITAKAN DISINI ANDA SEMUA PASTI AKAN TERPINGKAL PINGKAL

Itulah sebagian kecil Prabowo Keras tapi mendidik, agar Prajuritnya terhormat dan memiliki harga diri serta mencarikan Solusi untuk mengatasi masalah Prajurit....Para Perwira mengeah saat itu kinipun sudah banyak yang menjadi Jenderal.

sampai Jumpa dikisah Prabowo Berikutnya.
Kami masih Ingat satu Ucapan yang membuat Takut Prajurit saat itu
"JIKA KALIAN MELAKUKAN KORUPSI, MENGURANGI DAN MEMOTONG HAK ANGGOTAMU, KAMU AKAN SAYA PECAT...!"

Salam Hormat dari Idjon Djanbi Team.

KOMANDO...!
 

Read More

Membaca Haluan Politik Luar Negeri Prabowo Lewat Isu WTO dan Laut Cina Selatan.


Dalam debat capres bahas politik luar negeri tadi malam Prabowo hanya memberi penegasan-peneg


asan bahwa politik luar negeri merupakan cermin kondisi dalam negeri, seraya menegaskan bahwa politik luar negeri haruslah bertumpu pada kekuatan nasional yang nyata agar disegani dan tidak dilecehkan oleh dunia internasional.

Bagi saya pribadi, yang sudah mengkaji isu politik internasional dan ketahanan nasional secara intensif selama 8 tahun, saya justru menangkap sikap ideologis Prabowo bukan melalui Opening statement-nya, melainkan justru melalui dua isu yang dia lontarkan kepada Jokowi dalam sesi saling tanya jawab. Yaitu terkait bagaimana Sikap Indonesia dalam menghadapi forum World Trade Organization(WTO) maupun konflik di Laut Cina Selatan.

Kata orang bijak, seseorang dinilai bukan dari jawabannya melainkan dari apa yang ditanyakannnya. Saya menangkap adanya urgensi dan pandangan yang strategis terkait sikap politik luar negeri Indonesia terkait kedua isu tersebut.

Kita tahu, soal peran dan penyikapan RI dalam forum WTO, bukan sekadar dipandang sebagai fenomena organisas perdagangan. Karena itu pertanyaan Prabowo mengenai sikap RI terhadap WTO, pastinya didasari kegelisahannya terkait ketidakadilan ekonomi internasional.

WTO sejatinya merupakan sebuah sistem pasar bebas yang menembus batas-batas negara, yang bertujuan mengakhiri kedaulatan negara-bangsa. Gejala tersebut bisa dilihat secara kasat mata dengan meningkatnya dominasi kelompok lintas negara seperti G-7, EU, NATO, OPEC, ASEAN, APEC, NAFTA, WTO, IMF, World Bank, dan lain sebagainya.

Dan masuknya Indonesia sebagai anggota G-20, sebenarnya adalah kata halus dari menjebloskan Indonesia ke dalam “penjara” dengan Keamanan Tingkat Tinggi (Maximum Security).

Sistem keamanan utama global tersebut adalah WTO (World Trade Organization) yang sebelumnya bernama GATT (General Agreement on Trade and Tariff), yang ditopang oleh sistem keamanan kawasan atau regional yang disebut FTA (Free Trade Agreement) dengan berbagai variannya.

Melalui FTA, setiap negara yang terikat dengannya dipaksa meliberalisasi pasarnya agar terbuka lebar untuk dimasuki barang dan jasa, terutama sektor keuangan. Indonesia sendiri sudah terikat dengan AFTA tahun 2002, China-ASEAN-AFTA tahun 2004, dan Indonesia-Jepang EPA tahun 2007.

WTO Sebagai Sistem Kontrol Negara Dominan.

Setelah Perang Dunia II berakhir, IMF dan Bank Dunia melahirkan sebuah organisasi perdagangan dunia yang bernama GATT, di Jenewa, Swiss tahun 1948, sebagai implementasi hasil konferensi Bretton Woods, di New Hampshire, tahun 1944, yang disponsori oleh Amerika Serikat.

Pada awal berdirinya, GATT beranggotakan 23 negara, dan terus berkembang menjadi 115 negara pada sidang di Marakesh, Maroko, 5 April 1994. Ada tiga prinsip utama GATT yang mengikat negara-negara anggotanya antara lain:

Dalam KTT G-20 yang akan berlangsung bulan September 2013 di St. Petersburg, Rusia nanti, terdapat beberapa isu menarik, salah satunya yakni perlunya keterbukaan perbankan bagi setiap negara anggota demi kemudahan kerjasama multilateralisme keuangan global – kalau menggunakan bahasa indonesia artinya meminta kepada para kepala pemerintahan dunia untuk memberikan kekuasaan kepada WTO, IMF dan World Bank untuk mengatur kebijakan-kebijakan nasional setiap negara anggotanya.

Betapa tidak, karena sesungguhnya 80% perputaran uang di dunia ini telah dikuasai oleh IMF dan World Bank. Bayangkan, saat ini saja, bila ada seorang petani kita di pelosok negeri mengajukan proposal pinjaman dana kepada sebuah bank di tingkat kecamatan, maka informasinya akan langsung sampai ke World Bank dan IMF.

Kecanggihan sistem monitoring dan kontrol inilah yang menjadi dasar kebijakan World Bank atau IMF dalam memberikan bantuan ekonominya kepada negara miskin maupun negara berkembang.

Jadi pelemahan ekonomi negara-negara berkembang bukan dengan embargo, tetapi dilakukan dalam bentuk pinjaman yang menjadi hutang, bahkan dengan sengaja diberikan pinjaman dana sebesar-besarnya. Kalau perlu dalam bentuk hibah sebagai sarana masuknya produk, teknologi dan budaya mereka ke negara miskin dan negara berkembang.

LAUT CINA SELATAN

Ihwal pertanyaan Prabowo tentang konflik Laut Cina Selatan kepada Jokowi, juga mencerminkan pemahaman dan wawasannya tentang geopolitik. Meski tak satupun suku kata itu meluncur lewat narasinya.

Konflik perbatasan(border dispute) antar negara-negara di Asia Tenggara terkait beberapa wilayah yang di sekiling laut Cina Selatan, menurut saya bukan sekadar isu yang bisa memicu konfilik perbatasan antar beberapa negara ASEAN dengan Cina, melainkan juga jadi indikasi betapa isu konflik perbatasan akan digunakan sebagai sarana Proxy War oleh dua negara adidaya(AS dan Cina) untuk meningkatkan eskalasi konflik global AS versus Cina di Asia Pasifik.

Dengan kata lain, konflik perbatasan di wilayah yang dilewati Laut Cina Selatan, sejatinya merupakan isu yang berpotensi diangkat sebagai tema untuk menjadikan negara-negara di ASEAN sebagai sasaran arena medan perang antara AS versus Cina. Seraya mengondisikan politik adu domba antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara, khususnya ASEAN.

Bagi masyarakat, terutama swing voters yang cerdas dan jeli, jawabatan Jokowi terhadap kedua isu tersebut, sangat tidak strategis. Sehingga menggambarkan tidak adanya sense of crisis dalam menyikapi soal WTO dan Laut Cina Selatan.

Padahal, meski dirumuskan sebagai pertanyaan, WTO dan Laut Cina Selatan, Prabowo justru menjawab satu pertanyaan Jokowi yang cukup fundamental yaitu apa ancaman terbesar yang Indonesia hadapi baik dari dari luar dan dalam negeri. Sekaligus apa kontra skema dan strategi untuk menghadapinya.

Sementara Jokowi hanya memandang WTO sekadar sebagai fenomena organisasi perdagangan, sedangkan dalam soal Laut Cina Selatan, Jokowi seakan masih meraba-raba apa pentingnya konflik Laut Cina Selatan, dan apa dampak buruknya bagi Indonesia ke depan. 
 
Read More

Mulai Semakin Terkuak, Ada Agenda Kuat Settingan Amerika Kepada Prabowo


Pengamat politik Umar S. Bakry mengatakan, permintaan Duta Besar Amerika Serikat Robert O Blake agar pemerintah Indonesia mengusut dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) Prabowo Subianto merupakan bentuk intervensi asing terhadap kedaulatan Indonesia.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan AS karena sudah berpihak pada Pemilu Presiden 2014. Dia pun menduga ada agenda setting dalam masalah ini karena permintaan AS dianggap sarat dengan muatan politis.
“Pemerintah Indonesia harusnya membuat statement bahwa masalah ini adalah masalah dalam negeri. Negara manapun tidak dapat campur tangan. Kita tidak boleh didikte, tidak diajari untuk menentukan apa yang terbaik untuk bangsa kita.” kata Umar saat dihubungi, Selasa (24/6).
Umar menilai, sebagai negara besar dan

super power, AS pasti mempunyai kepentingan untuk mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.“Tidak bisa dibantah AS punya kepentingan strategis.
Untuk memelihara kepentingan itu, AS tentu akan ikut bermain bagaimana menentukan masa depan kepemimpinan di Indonesia. Umar juga mengatakan, sudah bukan rahasia lagi jika selama ini AS selalu ikut campur tangan dalam masalah dalam negeri di berbagai negara.
Sebelumnya diberitakan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Robert Blake mengatakan pemerintah Indonesia harus menyelidiki tuduhan keterlibatan calon presiden Prabowo Subianto dalam pelanggaran atas hak asasi manusia (HAM) pada dasawarsa 1990-an.
Meski demikian, Blake buru-buru menambahkan jika pemerintahnya tidak memihak calon tertentu. “Namun, kami menganggap serius dugaan pelanggaran HAM dan menyerukan pemerintah Indonesia untuk sepenuhnya menyelidiki tuduhan tersebut,"ujar Blake lewat surat elektronik kepada Wall Street Journal.


Read More

Gus Dur: Prabowo Tumbal Para Jenderal


INILAHCOM, Jakarta - Mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengatakan bahwa Prabowo Subianto adalah tumbal para jenderal dimasa tragedi 1998.

Hal itu dikatakan, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, saat melakukan kunjungan dengan para kyai bersama Prabowo, di Cirebon, Jumat (27/6/2014).

Gus Dur mengatakan, Prabowo sebagai orang yang paling ikhlas untuk memperjuangkan kesejahteraan bangsa Indonesia.

"Sampai Gus Dur mengatakan orang paling ikhlas untuk bangsa ini Prabowo, artinya apa? Dia siap berkorban, siap dilengserkan dari pangkostrad, siap dicabut dari kedudukannya, sebab kalau bukan dia siapa lagi tumbalnya," kata Said.

Said menjelask, kedekatan Gus Dur dengan Prabowo dimulai ketika masa reformasi dimana saat kericuhan tragedi 1998.

"Kedekatannya dengan Gus Dur ketika ribut-ribut masa reformasi, ribut-ribut tragedi Mei di Jakarta. Nah itu Prabowo sering berkunjung ke Gus Dur. Beliau (Gus Dur) sadar dia (Prabowo) hanya tumbal, dari jenderal-jenderal yang lain," tegas Aqil. [fad]
Read More

PESAN DARI KETUA PROGRES 98


Hampir lima tahun ini saya tetap konsisten dan terbuka melawan "KEJAHATAN KOMPAS" dengan berbagai artikel dan ceramah di sejumlah forum.

Di mata saya, Bos Kompas Jacob Oetama dan binaannya adalah JURNALIS BUSUK yang selalu bekerja untuk kepentingan ASING dan ASENG.

Saya tahu banyak tentang manuver politik Jacob Oetama dan sejumlah senior jurnalis Kompas serta gerombolan CSIS yang terlibat merekayasa berbagai opini/isu pencitraan tentang Jokowi sebagai Capres Boneka untuk melayani syahwat kepentingan PDIP dan konglomerasi hitam.

Untuk beberapa saat anda tampak berjaya, namun saya percaya bahwa suatu saat ketika kesadaran rakyat terbentuk dalam nilai-nilai yang kami suarakan, maka gerakan perlawanan itu akan menggulung kejahatan kalian.

Apakah kalian para jurnalis kompas adalah kelompok yang paling hebat dan kuat di negeri ini...?

Di mata saya, kalian hanyalah JURU TULIS BAYARAN yang kian kehilangan nurani lantaran berhadapan dengan suara kritis rakyat banyak.

Insyallah, saya sangat meyakini bahwa KEGELAPAN yang kalian pancarkan tidak akan pernah dapat meredam CAHAYA KEBENARAN...

salam Faizal Assegaf
Ketua Progres 98
Read More

Bagikan