INI negeri bisa pecah dengan damai. Dijajah dengan damai. Rakyat makin melarat dengan damai.
Semua orang hanya bisa menyaksikan dengan kedukaan air mata dan kemarahan, tapi hanya bisa menonton, karena harus tunduk pada aturan permainan yang ditentukan pihak musuh, yang telah disepakati.
Kita tak mungkin menang di dalam medan pertarungan yang telah dirancang dan dikendalikan pihak lawan. Judhistira Pandawa pasti kalah main judi dengan jenis permainan dan sistem permainan yang telah ditentukan Kurawa dan Sengkuni.
Mana mungkin bangsa ini bisa menang bertarung menghadapi bangsa lain, bila sistem yang dirancang untuk dipakai bangsa ini adalah demokrasi liberal dan ekonomi neoliberal, yang bagaikan "meja judi", dikendalikan sepenuhnya oleh Inggris dan Amerika Serikat.
"Aku selalu merasa bahwa perang (fisik) tak berharga. Bahwa rencana harus sedemikian rupa di mana kita tidak harus berakhir luka, tapi musuh harus berakhir kehilangan segalanya" (Sengkuni).
Akhirnya seluruh kerajaan Indraprasta yang susah payah dibangun oleh Pandawa diambil alih secara damai oleh Kurawa melalui meja judi, tak ada setetes darah keluar.
Tak hanya kehilangan kerajaannya, para Pandwa pun nyaris jadi budaknya Kurawa. Bahkan, yang paling tragis Ibu Pertiwi Drupadi dipermalukan, ditelanjangi dan diseret seperti binatang, semuanya berlangsung secara aman dan damai.
Di saat semua itu terjadi, tak ada yang sanggup menghentikan, mulut boleh berteriak marah, tapi para ksatria dan tentara tak dibenarkan mengangkat senjata untuk membela kehormatan, karena semua permainan berlangsung sesuai sistem yang telah didesign pihak musuh dan telah disepakati kedua belah pihak.
Di era reformasi, melalui "meja judi" demokrasi liberal dan ekonomi neoliberal, bangsa Indonesia telah kehilangan segalanya, kehilangan tanah air dan kandungannya, kehormatan diinjak-injak. Dan, semuanya berlangsung secara aman dan damai. [***]
Penulis adalah Kordinator Petisi 28
Semua orang hanya bisa menyaksikan dengan kedukaan air mata dan kemarahan, tapi hanya bisa menonton, karena harus tunduk pada aturan permainan yang ditentukan pihak musuh, yang telah disepakati.
Kita tak mungkin menang di dalam medan pertarungan yang telah dirancang dan dikendalikan pihak lawan. Judhistira Pandawa pasti kalah main judi dengan jenis permainan dan sistem permainan yang telah ditentukan Kurawa dan Sengkuni.
Mana mungkin bangsa ini bisa menang bertarung menghadapi bangsa lain, bila sistem yang dirancang untuk dipakai bangsa ini adalah demokrasi liberal dan ekonomi neoliberal, yang bagaikan "meja judi", dikendalikan sepenuhnya oleh Inggris dan Amerika Serikat.
"Aku selalu merasa bahwa perang (fisik) tak berharga. Bahwa rencana harus sedemikian rupa di mana kita tidak harus berakhir luka, tapi musuh harus berakhir kehilangan segalanya" (Sengkuni).
Akhirnya seluruh kerajaan Indraprasta yang susah payah dibangun oleh Pandawa diambil alih secara damai oleh Kurawa melalui meja judi, tak ada setetes darah keluar.
Tak hanya kehilangan kerajaannya, para Pandwa pun nyaris jadi budaknya Kurawa. Bahkan, yang paling tragis Ibu Pertiwi Drupadi dipermalukan, ditelanjangi dan diseret seperti binatang, semuanya berlangsung secara aman dan damai.
Di saat semua itu terjadi, tak ada yang sanggup menghentikan, mulut boleh berteriak marah, tapi para ksatria dan tentara tak dibenarkan mengangkat senjata untuk membela kehormatan, karena semua permainan berlangsung sesuai sistem yang telah didesign pihak musuh dan telah disepakati kedua belah pihak.
Di era reformasi, melalui "meja judi" demokrasi liberal dan ekonomi neoliberal, bangsa Indonesia telah kehilangan segalanya, kehilangan tanah air dan kandungannya, kehormatan diinjak-injak. Dan, semuanya berlangsung secara aman dan damai. [***]
Penulis adalah Kordinator Petisi 28
Tidak ada komentar :
Posting Komentar