NAVIGASI

Jumat, 01 Agustus 2014

Prabowo dimata Sahabatnya

JAKARTA - Serangan bertubi kepada Prabowo membuat sang sahabat geram. Sebab tudingan kepada Prabowo sama sekali bertolak belakang
dengan kebenaran.

Rekan seangkatan Prabowo di Akmil, Mayjen TNI Purn. Glenny Kairupan, menuturkan dia lebih tahu pribadi Prabowo ketimbang para atasannya
dulu, seperti Wiranto dan Agum Gumelar maupun pihak-pihak lain yang sering menjelek-jelekk


an Prabowo.

"Saya mengenal Prabowo sejak 45 tahun lalu dan apa yang di-stigmakan di media dan beberapa mantan atasannya bahwa Prabowo berperilaku
minus, tidak sama dengan kenyataan,” katanya. “Ketika masuk di Akmil, Prabowo mengikuti semua pendidikan dan latihan yang cukup keras
tanpa ada keistimewaan,” Glenny menerangkan.

Prabowo, kata dia, pada zaman itu adalah anak seorang menteri. Ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo adalah salah satu menteri di
kabinet Presiden Soeharto.

Menurut Glenny, darah militernya mengalir dari paman Prabowo, Letnan Soebianto Djojohadikusumo, pahlawan pada pertempuran Lengkong, Tangerang. Keluarga dari pihak ibunya, Dora Sigar juga mengalir darah para pejuang Indonesia dari Manado.

Ketika di Akmil, kata Glenny, Prabowo suka membaca dan jumlah koleksi bukunya lebih banyak dibanding yang ada di perpustakaan Akmil. “Tak heran dia tahu banyak hal dan cerdas,” kata Glenny. Prabowo juga menguasai empat bahasa asing (Inggris, Belanda, Jerman dan Perancis), sehingga dia sering jadi penerjemah jika ada tamu asing berkunjung ke
Akmil.

Menurut Glenny, sejak muda dia punya kebiasaan unik yang kadang membuat mereka kagum. “Setiap lewat di patung Jenderal Soedirman atau Jenderal Oerip Soemohardjo yang ada di halaman Akmil, dia selalu hormat
cara militer. Ketika radio di kamar asrama memutar lagu Indonesia Raya, dia selalu bersikap sempurna,“ katanya.

Prabowo juga punya passion memperhatikan orang lain. “Sampai sekarang saya masih ingat ketika kami tingkat II, ada acara penyambutan
taruna baru. Prabowo melihat ada seorang paruh baya berpangkat Pembantu Letnan Angkatan Udara, tidak mendapat kursi sehingga harus
berdiri. Saya diajaknya mencari kursi buat tamu itu. Taruna lain mana peduli dengan hal-hal seperti itu,” lanjut Glenny.

Dalam perjalanan karirnya, sifat nasionalisme dan perhatiannya kepada orang lain itu, dibawanya terus sampai sekarang. “ Hanya orang yang iri saja yang bilang bahwa karirnya terbantu karena dia menantu Presiden, tapi saya berani bilang bahwa Prabowo memang berbakat menjadi prajurit yang bagus. Dia nasionalis sejati,” katanya.

Sejak lulus sebagai taruna, Prabowo memang berprestasi cemerlang di lapangan. Terbukti pada 1978 dia berhasil menangkap tokoh Fretilin yaitu
Nicolau Lobato dan mendapat kenaikan pangkat istimewa. Dia menguasai dengan baik strategi pertempuran.

Prabowo, kata Glenny paham psikologi pasukannya. “Kapan pasukan harus ditarik karena over duty dan kapan harus maju bertempur,” kata Glenny. Selama memimpin pasukan di juga care terhadap anak buah dengan memperhatikan kesejahteraan keluarga pasukannya.

“Setahu saya sejak taruna, Prabowo tak pernah mau menjelek-jelekkan orang lain, dan prinsip itu dipegangnya sampai sekarang. Dia tak pernah
membalas sekalipun difitnah atas kasus-kasus yang telah lalu,” kata Glenny. (ugo)

Tidak ada komentar :

Bagikan